Devano Danendra: Ekspresi Diri Melalui Tato sebagai Terapi Mental
Devano Danendra menggunakan tato sebagai terapi mental, mencari kedamaian di balik sorotan sebagai anak selebriti.
Lambe Katy – Di tengah hiruk-pikuk dunia hiburan yang kerap kali tidak terlihat dari luar, banyak selebriti muda menghadapi tekanan mental yang tidak kecil.
Baca Juga:
Syahrini dan Reino Barack Menantikan Kelahiran Buah Hati
Devano Danendra, putra dari penyanyi dangdut ternama Iis Dahlia, merupakan salah satu contoh nyata bagaimana sorotan publik dapat mempengaruhi kestabilan mental.
Di balik gemerlap dunia hiburan, terdapat cerita pribadi Devano yang mungkin tidak diketahui banyak orang kisah tentang bagaimana ia memilih tato sebagai sarana terapi mental.
Mengapa Tato?
Bagi beberapa orang, tato lebih dari sekedar gambar permanen di kulit; itu adalah simbol perjuangan, kenangan, atau bahkan terapi.
Untuk Devano, tato bukan hanya seni tubuh, melainkan sebuah pelarian saat ia menghadapi tekanan mental yang berat.
Simak Juga
Kabar Cerai Anji dan Wina Natalia Setelah 12 Tahun Menikah
Dalam sebuah wawancara yang belakangan menjadi viral, Devano mengungkapkan bahwa menato tubuhnya menjadi salah satu cara untuk mengatasi stres yang diakibatkannya dari sorotan sebagai anak selebriti.
“Menato itu rasa sakit yang paling menyenangkan,” ujar Devano dalam podcast bersama Kemal Palevi.
Dari Sorotan Publik ke Tekanan Pribadi
Sorotan sebagai anak dari figur publik seperti Iis Dahlia tidak selalu membawa dampak positif.
Tekanan untuk memenuhi ekspektasi dan menjaga citra di mata publik seringkali membebani Devano.
Menjadi anak dari seorang bintang besar di industri musik dangdut menambah beban mental yang harus dihadapinya, mendorongnya menjadi sosok yang lebih introvert dan menghindari interaksi sosial yang tidak perlu.
Netizen : sholat devano sholat
— Vy (@korbanreceh_) May 27, 2024
Gen Z pasti pada dukung🙏🏻😭 pic.twitter.com/UdrVDEKTiF
Dalam mencari jalan keluar dari rasa sakit psikologis, Devano memilih tato sebagai alat untuk meredakan kegelisahan dan stres.
Ini bukan tentang menciptakan gambar di kulit semata, melainkan tentang merasakan kontrol atas rasa sakit yang ia alami.
Setiap tato yang diukir di tubuhnya bukan hanya karya seni, tapi juga cerminan dari perjuangan dan ketahanan mental yang ia bangun selama bertahun-tahun.
Ketika Devano berbagi pengalamannya di media sosial dan melalui podcast, reaksi yang muncul sangat beragam.
Banyak netizen yang menunjukkan empati, mengerti bahwa setiap orang memiliki cara mereka sendiri untuk menghadapi masalah mental.
SImak Juga
Netizen Hujat Sarwendah dan Betrand Peto Akhirnya Minta Maaf
Namun, tidak sedikit pula yang memberikan kritik, menyatakan bahwa ada banyak cara lain yang ‘lebih sehat’ dalam mengatasi masalah mental.
Komentar-komentar ini menunjukkan betapa masyarakat masih terbelah dalam memandang tato dan kesehatan mental.
Menatap Masa Depan
Menghadapi tekanan mental dengan menciptakan tato menunjukkan bahwa Devano telah menemukan cara untuk bertahan dan mengatasi masalahnya.
Meskipun pilihan ini mungkin tidak dianggap tradisional atau umum, ia telah membantu Devano mempertahankan kesehatan mentalnya dalam jangka panjang.
Simak Juga
Tamara Bleszynski Menuang Rindu untuk Anaknya di Jagat Maya
Dalam menghadapi tekanan dan ekspektasi, terkadang langkah yang tidak konvensional adalah yang paling efektif.
Devano Danendra menunjukkan bahwa banyak anak muda yang hadapi sorotan keras memilih jalur unik demi kesehatan mental mereka.
Ceritanya mengingatkan kita bahwa di balik sorotan dan glamor, terdapat pertarungan pribadi dan pilihan-pilihan yang harus dihadapi dengan berani.