Dari Sorotan Publik ke Tekanan Pribadi

Sorotan sebagai anak dari figur publik seperti Iis Dahlia tidak selalu membawa dampak positif.

Tekanan untuk memenuhi ekspektasi dan menjaga citra di mata publik seringkali membebani Devano.

Menjadi anak dari seorang bintang besar di industri musik dangdut menambah beban mental yang harus dihadapinya, mendorongnya menjadi sosok yang lebih introvert dan menghindari interaksi sosial yang tidak perlu.

Dalam mencari jalan keluar dari rasa sakit psikologis, Devano memilih tato sebagai alat untuk meredakan kegelisahan dan stres.

Ini bukan tentang menciptakan gambar di kulit semata, melainkan tentang merasakan kontrol atas rasa sakit yang ia alami.

Setiap tato yang diukir di tubuhnya bukan hanya karya seni, tapi juga cerminan dari perjuangan dan ketahanan mental yang ia bangun selama bertahun-tahun.

Ketika Devano berbagi pengalamannya di media sosial dan melalui podcast, reaksi yang muncul sangat beragam.

Banyak netizen yang menunjukkan empati, mengerti bahwa setiap orang memiliki cara mereka sendiri untuk menghadapi masalah mental.

SImak Juga

Netizen Hujat Sarwendah dan Betrand Peto Akhirnya Minta Maaf

Namun, tidak sedikit pula yang memberikan kritik, menyatakan bahwa ada banyak cara lain yang ‘lebih sehat’ dalam mengatasi masalah mental.

Komentar-komentar ini menunjukkan betapa masyarakat masih terbelah dalam memandang tato dan kesehatan mental.