Tompi Kritik Dana Rp200 Triliun dan Bunga Pinjaman Bank

Lambe Katy – Tompi, penyanyi sekaligus dokter bedah plastik, mendadak jadi sorotan setelah mengunggah kritik pedas di media sosial. Ia mempertanyakan kebijakan baru Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menyalurkan dana negara Rp200 triliun ke bank-bank milik negara.

Dalam unggahan di akun X (20 September 2025), Tompi menulis:
“Dana negara Rp200 triliun sudah disuntik ke bank-bank, tapi bunga pinjaman masih tinggi ajaa, nyaris nggak gerak dari bunga lama. Gimana nih, Pak Menkeu?”

Keluhan tersebut langsung memicu perdebatan publik. Banyak warganet mendukung, sementara yang lain menilai kebijakan pemerintah masih butuh waktu.

Dana Besar, Bunga Tetap Tinggi

Kebijakan ini menyalurkan dana Rp200 triliun ke bank-bank BUMN seperti Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, dan BSI. Tujuannya jelas: menambah likuiditas agar bank dapat memberikan kredit murah kepada pelaku usaha, khususnya UMKM.

Namun kenyataannya, bunga pinjaman di bank-bank tersebut masih tetap tinggi. Tompi menilai kondisi ini bertolak belakang dengan tujuan awal kebijakan. Ia menyebut dana besar tersebut bisa saja hanya “tidur” di saldo bank tanpa menggerakkan ekonomi.

“Kalau bunga tetap tinggi, dana Rp200 triliun itu hanya akan ngendap di bank, bukan menjadi kredit produktif,” tulisnya.

Reaksi Publik dan Ekonom

Komentar warganet langsung membanjiri unggahan Tompi. Sebagian menduga bank lebih memilih menyimpan dana atau membeli surat utang pemerintah ketimbang menyalurkannya sebagai kredit.
Ada pula yang menyoroti faktor risiko global dan suku bunga internasional sebagai alasan bank tetap berhati-hati.

Beberapa ekonom menilai, kebijakan sebesar ini seharusnya disertai regulasi tegas agar bank benar-benar menurunkan bunga kredit. Tanpa pengawasan ketat, dana besar dikhawatirkan hanya menambah cadangan bank, bukan mendorong ekonomi riil.

Penjelasan Menteri Keuangan

Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa dana Rp200 triliun bukan dana darurat, melainkan dana negara yang sebelumnya disimpan di Bank Indonesia. Tujuan utamanya adalah menambah likuiditas agar kredit bisa tumbuh.

Namun ia juga mengakui adanya cost of capital atau biaya modal yang membuat bank berhati-hati dalam menetapkan suku bunga. Hal inilah yang menurut banyak pihak menjadi hambatan penurunan bunga pinjaman.

Tekanan dari Figur Publik

Kritik Tompi menarik perhatian karena disampaikan secara terbuka dengan bahasa sederhana. Sebagai figur publik, suaranya mudah menjangkau masyarakat luas.
Ia menanyakan pertanyaan yang juga ada di benak banyak orang:
“Kalau dana besar sudah diguyur, mengapa bunga pinjaman tetap tinggi?”

Postingan tersebut membuat isu ini viral di media sosial, YouTube, dan berbagai grup percakapan. Publik menunggu bukti nyata bahwa kebijakan Rp200 triliun benar-benar menurunkan bunga kredit.

Apa Selanjutnya?

Jika pemerintah dan bank dapat menunjukkan data bahwa bunga pinjaman turun dan dana mengalir ke sektor produktif, kritik akan mereda. Namun bila bunga tetap tinggi, desakan publik seperti yang disuarakan Tompi kemungkinan besar akan terus menguat.

Kritik ini menjadi pengingat bahwa kebijakan besar harus diikuti hasil nyata, bukan sekadar janji di atas kertas.

Sumber: www.insertlive.com