Estimated reading time: 5 minutes

Lambe Katy – Nama Julia Prastini atau yang akrab dikenal dengan Jule, kembali jadi sorotan. Selebgram asal Indonesia yang lama dikenal lewat konten estetiknya itu, kini tengah dikepung isu perselingkuhan. 

Jadi, ada kabar perselingkuhan yang menyeret rumah tangganya dengan Na Daehoon, pria asal Korea Selatan, selama ini dikenal kalem dan family man. Kisah ini mulai mencuat setelah beberapa unggahan antara Jule dan seorang pria bernama Safrie Ramadhan tersebar di media sosial. 

Cuplikan kebersamaan itu cepat viral. Timeline Instagram dan TikTok mendadak penuh dengan potongan video yang menampilkan kedekatan Jule dan Safrie di tempat publik. Sontak, nama Jule naik jadi trending topic. 

Banyak yang kaget karena selama ini Jule dikenal sebagai figur kalem, penyayang anak, dan punya reputasi baik di dunia endorse. Nah, dalam hitungan jam, semua berubah.

Klarifikasi Jule yang Malah Jadi Bumerang

Setelah sempat bungkam, Jule akhirnya muncul pada Minggu (26/10). Ia memilih bicara lewat unggahan panjang di media sosialnya, berisi permintaan maaf dan klarifikasi. Nah, dengan tone tenang dan kalimat hati-hati, Jule mencoba menjelaskan posisinya.

Ia mengaku sadar bahwa masalah pribadinya sudah jadi konsumsi publik dan memengaruhi banyak pihak. “Saya nggak akan mengelak atau mencari alasan apapun karena permasalahan ini sudah berdampak luas,” tulisnya.

Jule juga menuliskan permintaan maaf kepada keluarganya. “Dari hati saya yang paling dalam, saya meminta maaf kepada orang tua saya, Daehoon, dan anak-anak saya yaitu Junho, Eunho, dan Jena, keluarga besar, serta teman-teman dan brand karena telah mengecewakan dan membuat ketidaknyamanan,” lanjutnya.

Kalimat itu seolah ingin menegaskan bahwa ia menyesal dan ingin memperbaiki diri. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Setelah unggahan itu tersebar, kolom komentarnya langsung banjir hujatan. 

Warganet menilai nada klarifikasinya terasa “terlalu formal” dan seolah fokus pada citra publik. Banyak yang menganggap permintaan maaf Jule lebih terdengar seperti damage control untuk menjaga kerja sama dengan brand daripada ekspresi penyesalan sebagai istri dan ibu.

Takut Kehilangan Job, Bukan Keluarga?

Komentar bernada sinis bermunculan di berbagai platform. Ada yang menyebut Jule terlalu memikirkan karier. “Dia takut kehilangan job, bukan takut kehilangan suami dan anak-anak,” tulis akun @usw***.

Komentar lain juga menyoroti isi pernyataannya yang dinilai terlalu menekankan pada pihak sponsor. “Ini mah minta maaf buat teman-teman dan brand-brand yang putus kerja sama. Bukan minta maaf tulus ke Daehoon,” tulis @pop***.

Sementara akun @its*** berkomentar, “Hahh beneran berarti.. Mbak Juleha kenapa dah? Ini sih lebih karena kehilangan pekerjaan ya.”

Dari sekian banyak komentar, sebagian besar sepakat bahwa permintaan maaf Jule justru memperlebar jurang simpati publik. Alih-alih terlihat jujur, unggahan itu dianggap ‘terlalu terukur’, seperti naskah yang ditulis untuk mempertahankan reputasi digitalnya.

Daehoon Pilih Diam

Sementara Jule jadi bahan pembicaraan, Na Daehoon memilih jalur berbeda. Ia nggak menanggapi panjang soal isu perselingkuhan. Dalam unggahan singkatnya, Daehoon hanya menulis bahwa dirinya dan ketiga anaknya dalam kondisi baik-baik saja.

“Everything is fine. Aku dan anak-anak baik,” tulisnya dalam bahasa Inggris, disertai foto bersama ketiga buah hatinya, Junho, Eunho, dan Jena.

Unggahan itu justru membuat publik makin bersimpati padanya. Banyak yang memuji sikap tenang Daehoon di tengah gosip besar yang mengguncang keluarganya. Ia tetap tampil sebagai ayah penyayang tanpa menyudutkan siapa pun.

Beberapa warganet bahkan menyebut Daehoon sebagai “definisi suami sabar”. Nama Daehoon mendadak jadi trending, diiringi berbagai komentar haru. “Kuat banget dia, padahal kalau orang lain mungkin udah marah-marah,” tulis akun @yel***.

Karir dan Reputasi di Ujung Tanduk

Di luar kisah rumah tangganya, karier Jule di dunia digital kini tengah di persimpangan. Sebagai seorang selebgram dengan ratusan ribu pengikut, Jule selama ini dikenal profesional. 

Banyak brand ternama menggandengnya untuk kampanye produk, terutama di bidang fashion, kecantikan, dan gaya hidup. Namun setelah isu ini pecah, beberapa merek dikabarkan menunda kerja sama. 

Warganet bahkan menemukan sejumlah unggahan sponsor yang diam-diam dihapus. Begitu kepercayaan publik terguncang, citra seseorang bisa runtuh dalam sekejap. Mungkin karena itu, klarifikasi Jule terdengar “berhitung”. 

Sayangnya, niat memperbaiki justru dibaca berbeda oleh publik. Narasi permintaan maafnya yang terlalu luas malah membuatnya dianggap nggak fokus pada inti permasalahan, rasa bersalah terhadap suami dan anak-anaknya.

“Pelajaran Berharga” yang Jadi Bahan Sindiran

Di akhir klarifikasinya, Jule menulis bahwa ia akan memperbaiki diri dan menjadikan kejadian ini sebagai pelajaran hidup. “Saya tahu kepercayaan itu nggak mudah dibangun, tapi saya berjanji akan memperbaiki diri serta menjadikan ini pelajaran berharga agar nggak terulang kembali,” tulisnya.

Kalimat itu sebenarnya terdengar tulus, tapi publik dunia maya sudah terlanjur skeptis. Banyak yang menilai kalimat tersebut terlalu normatif dan terasa seperti template klarifikasi influencer pada umumnya.

Beberapa komentar bahkan menjadikannya bahan sindiran. “Kata-kata ‘pelajaran berharga’ itu udah jadi kalimat wajib kalau ada yang ketahuan selingkuh,” tulis akun @ren***. Ungkapan itu menandakan satu hal, publik belum siap memaafkan.

Sosial Media, Ruang Terbuka Tanpa Ampunan

Kasus Jule memperlihatkan betapa tipisnya batas antara kehidupan pribadi dan publik di era digital. Seorang figur publik seperti dirinya hidup di ruang yang selalu diawasi. Sekali langkah salah, semuanya bisa berbalik.

Warganet bukan hanya penonton, tapi juga “juri” yang menentukan apakah seseorang layak dipuji atau dicemooh. Dalam kasus ini, kecepatan penyebaran gosip jauh melampaui klarifikasi yang datang belakangan.

Momen saat Jule menulis “terima kasih untuk semua yang masih mau memberi dukungan dan kesempatan” seolah jadi refleksi. Dukungan memang masih ada, tapi jumlahnya kalah jauh dari gelombang komentar tajam.

Antara Empati dan Publik

Di tengah amukan warganet, ada juga sebagian kecil yang memilih bersikap netral. Mereka mengingatkan bahwa manusia bisa berbuat salah dan pantas diberi kesempatan kedua. Namun, dalam media sosial, rasa empati sering kali kalah dari sensasi. 

Banyak yang justru menikmati drama ini sebagai tontonan. Ada yang menelusuri masa lalu Jule, membandingkan unggahan lamanya dengan klarifikasinya sekarang, seolah jadi detektif dadakan.

Apapun yang terjadi, satu hal pasti, perjalanan Jule untuk memulihkan citranya nggak akan mudah. Sekalipun ia sudah meminta maaf, opini publik sulit dikendalikan. Setiap langkahnya ke depan akan terus diawasi.

Jika Jule benar-benar berubah dan membuktikannya dengan konsisten, bukan nggak mungkin publik perlahan membuka hati lagi. Namun, untuk sekarang, bayang-bayang skandal masih menempel erat. 

Ketika Klarifikasi Malah Jadi Boomerang

Kasus ini memberi gambaran bahwa klarifikasi publik di era media sosial adalah pedang bermata dua. Niat baik bisa disalahpahami kalau penyampaiannya terasa dingin atau berjarak.

Jule mungkin ingin menenangkan keadaan, tapi publik membaca sebaliknya. Ia ingin menjaga reputasi, tapi akhirnya justru terlihat terlalu fokus pada citranya sendiri.

Kini, setiap kata dan unggahannya akan selalu dibandingkan dengan kisah masa lalu. Publik menunggu, apakah ini benar-benar titik balik Jule, atau sekadar bab baru dari drama yang belum berakhir?

Sumber : www.insertlive.com