Ridwan Kamil Digugat Cerai, Ucapannya Dahulu Mencuat Kembali

Estimated reading time: 4 minutes

Lambe Katy – Nama Ridwan Kamil kembali menjadi sorotan. Kali ini bukan soal kebijakan atau pembangunan, melainkan urusan rumah tangga yang selama ini terlihat rapi di mata publik. Gugatan cerai yang diajukan Atalia Praratya langsung memantik reaksi luas. 

Banyak yang kaget. Sebagian lain justru mengaku sudah menduga. Selama bertahun-tahun, pasangan ini dikenal sebagai potret keluarga harmonis. Unggahan media sosial mereka kerap menampilkan kebersamaan hangat. Senyum berdua, dan kalimat romantis. 

Hampir tiga dekade pernikahan membuat publik menilai hubungan ini solid dan jauh dari isu retak. Namun, kabar gugat cerai itu datang mendadak. Tanpa drama di ruang publik, maupun klarifikasi.

Mencuatnya Nama Lisa Mariana

Tak lama setelah kabar gugatan cerai mencuat, publik kembali mengaitkannya dengan isu lama. Nama Lisa Mariana kembali disebut. Perempuan yang dikabarkan memiliki hubungan terlarang dengan Ridwan Kamil itu lagi-lagi menjadi bahan perbincangan.

Isu tersebut sebenarnya sempat meredup. Namun, muncul klaim soal keberadaan seorang anak dari hubungan tersebut. Walau belum semua detail terkonfirmasi secara terbuka, hal tersebut terlanjur bergulir liar.

Sejak saat itu, Ridwan Kamil dan Atalia Praratya juga jarang terlihat bersama di ruang publik. Tak ada foto berdua maupun pernyataan romantis. Hal itu justru memperkuat spekulasi bahwa jarak di antara mereka memang nyata.

Pernyataan Ridwan Kamil Diungkit

Di tengah pusaran isu tersebut, publik mulai mengungkit kembali satu momen lawas. Sebuah potongan pernyataan Ridwan Kamil saat hadir di podcast Denny Sumargo. Kala itu, ia mendapat pertanyaan sederhana. 

Tentang pilihan di masa tua, antara istri atau anak. Nah, dengan nada tenang, Ridwan Kamil menjawab bahwa pilihannya adalah istri. Ia menjelaskan bahwa anak merupakan titipan Tuhan. Menurutnya, manusia nggak benar-benar memiliki anak. 

Ada waktunya anak akan tumbuh, pergi, dan menjalani takdir masing-masing. Sementara istri adalah pendamping hingga akhir hayat. Ridwan Kamil juga menyampaikan bahwa sebagai manusia yang butuh perhatian, ia membutuhkan istrinya sampai akhir hidup. 

Ucapannya terdengar dewasa, banyak yang kala itu memuji cara pandangnya tentang keluarga. Namun, waktu berjalan, konteks berubah. Nah, pernyataan itu kini dibaca ulang dengan sudut pandang berbeda.

Kata-Kata Ridwan Kamil Hanya Pemanis Saja?

Gugatan cerai dari Atalia Praratya membuat pernyataan lama itu terasa seperti ironi. Bukan kata-katanya salah, melainkan karena realita yang berkembang seolah berjalan ke arah berlawanan.

Publik mulai mempertanyakan. Jika dulu memilih istri sebagai pendamping seumur hidup, lalu apa yang terjadi sekarang? Pertanyaan ini muncul sebagai reaksi dari orang-orang yang selama ini percaya pada narasi keharmonisan mereka.

Media sosial pun ramai, komentar bermunculan. Ada yang menyindir halus, beberapa akun menyentil pernyataan Ridwan Kamil dengan nada kecewa. Sebagian lain membela. Mengingatkan bahwa kehidupan rumah tangga selalu punya sisi yang nggak terlihat.

Atalia Praratya Memilih untuk Bungkam

Di tengah riuhnya gosip ini, Atalia Praratya justru memilih diam. Ia nggak banyak bicara. Nggak membuat klarifikasi panjang maupun menumpahkan emosi di publik. Sikap ini justru membuat banyak orang bersimpati.

Dalam narasi lama Ridwan Kamil, ia pernah menyebut bahwa memaafkan adalah hadiah terbaik yang diberikan istrinya. Kalimat itu kini kembali disorot, bukan untuk dihakimi, tapi direnungkan.

Keputusan Atalia Praratya menggugat cerai dianggap sebagai sikap tegas setelah proses panjang yang mungkin hanya mereka berdua pahami. Tanpa perlu membuka semua luka ke hadapan publik, dan menjadikan gosip sebagai panggung pembelaan diri.

Respons Warganet yang Terbelah

Seiring waktu, respons warganet semakin beragam. Ada yang menyayangkan perpisahan pasangan yang dianggap ideal. Ada pula yang melihat ini sebagai pengingat bahwa figur publik tetap manusia biasa.

Beberapa komentar bernada sindiran beredar luas. Ada yang menyinggung konsistensi ucapan, hingga makna kesetiaan. Bahkan, ada pula yang mengaitkan kasus ini dengan narasi lebih besar soal kepercayaan dalam rumah tangga.

Namun di sisi lain, muncul juga suara yang lebih empatik. Mereka menilai bahwa publik hanya melihat permukaan. Bahwa keputusan cerai bukan hal ringan. Terlebih setelah hampir tiga dekade bersama.

Citra, Harapan, dan Beban Publik Figur

Ridwan Kamil selama ini dikenal sebagai sosok yang komunikatif. Gaya bicaranya santai, pemikirannya sering dikemas dengan bahasa yang mudah diterima. Hal ini membuat banyak orang merasa dekat secara emosional.

Namun, kedekatan itulah yang kemudian berubah menjadi beban. Saat kehidupan pribadinya goyah, publik merasa ikut terlibat. Seolah-olah mereka punya hak untuk menilai, mengomentari, bahkan menghakimi.

Dalam konteks ini, gosip menjadi ruang bagi publik untuk menumpahkan kekecewaan. Harapan yang runtuh, bahkan imajinasi tentang keluarga ideal ternyata nggak selalu sesuai kenyataan.

Pernyataan Lama yang Kontroversial

Kini, pernyataan lama Ridwan Kamil tentang memilih istri di masa tua tinggal menjadi arsip digital, tetap ada dan bisa diputar ulang. Namun, maknanya berubah seiring situasi. Gugatan cerai Atalia Praratya menandai babak baru. Gosip ini mungkin akan terus bergulir. Akan ada spekulasi baru dan potongan cerita lain yang muncul. 

Publik Hanya Bisa Menyimak

Pada akhirnya, publik hanya menjadi penonton. Bisa berkomentar, bersimpati, dan kecewa. Namun, keputusan tetap berada di tangan mereka yang menjalani. Pernyataan Ridwan Kamil di masa lalu kini menjadi cermin yang memantulkan banyak tafsir. 

Bukan untuk dihakimi secara mutlak, melainkan sebagai pengingat bahwa hidup sering bergerak di luar rencana dan ucapan. Bahwa janji, perasaan, dan keputusan dalam rumah tangga selalu punya kisah yang nggak pernah sepenuhnya terlihat dari luar.

Sumber : www.tvonenews.com